Puisi dan keboo

Keboo berpuisi?! Nggak deh!! Bukannya gimana, cuman memang dari dulu, dari SD tepatnya, keboo udah ilfil kalo disuru buat dan deklamasi puisi (kecuali puisi untuk kloset). Adalah BENAR kalo trauma masa kecil bisa membentuk karakter orang di kemudian hari. Atau cuma keboo aja?!

Waktu kelas 5 SD ada lomba puisi dan ibu guru lagi bingung mau ‘ngorbanin’ siapa buat jadi pesertanya. Terpilihlah sekitar 10 orang kandidat yang kemudian berlatih secara khusus, dan keboo tidak termasuk di dalamnya. Kecewa? Nggak donk! Keboo malah suka ngintipin (baca: cekikikan di luar ruangan) pas mereka latihan. Abisnya lucu aja ngeliat mereka.


Tapi si ibu guru tampak pusing dan tidak puas dengan kesemua murid tadi. Dan melihat kepala keboo dan beberapa teman tersembul dari jendela ruangan, muncul ide gila si ibu guru untuk nyuruh kami ikut latihan. Ajiiiip!!! Keboo langsung tolak mentah-mentah tuh tawaran, lowong sebenernya keboo belon pernah liat orang deklamasi puisi! Jadi mana tahu keboo cara berdeklamasi dengan baik, benar, dan tidak menyesatkan.
Si ibu guru tetap memaksa keboo. Katanya coba aja, gampang kok, tinggal baca pelan-pelan dan penghayatan. Grrrhh… Dengan bete keboo ambil naskah puisinya dan membacanya. Tanpa nada, bahkan tanpa suara, alias mute, bahasa kerennya: lipsing. Hehehe… *bu guru, muridmu ini sedang mengujimu, hihihi*

“Keraskan volume suaramu, nak! Biar semua bisa dengar..”, si ibu guru mulai geregetan sambil pasang kuping di deket pipi keboo.

Lalu keboo ulang lagi tapi dengan volume yang hanya dinaikkan 1 level, jadi nggak jauh berbeze (berbeda) dengan sebelumnya.

Masih di deket pipi keboo, “Suaranya dikeluarkan, buka mulutnya.”, mulai mencontohkan cara membuka mulut yang baik dan benar, tanda-tanda depresi si ibu guru.

Tapi keboo kekeuh nggak mau ngegedein volume, ini bentuk protes keboo karena ibu guru nggak kasi contoh cara berpuisi seperti apa. Ceileh, kecil-kecil bisa protes juga nih si keboo junior!

Dan setelah mengulang perintah yang sama namun tak memberi hasil juga, akhirnya, “Ya sudah, kamu boleh kembali ke kelas”, si ibu guru nyerah juga. Yay … lol
Namun sejak itu keboo mulai penasaran puisi itu seperti apa, dan keboo mulai menggubah puisi (gubah?!). Yep, keboo dulu punya buku kumpulan puisi karya keboo junior, walaupun hanya tercipta sekitar 8-an puisi. Keboo berniat mempublikasikannya, sapa tahu ada yang mau membukukannya dan keboo bisa jadi headline di mana-mana: ‘Berita Heboh Masa Kini: Buku Kumpulan Puisi Buah Karya Seekor Keboo!’.
Layaknya business woman, keboo mulai menyusun strategi pemasaran puisi. Dan kemudian memutuskan tabloid anak-anak lokal, Lintang, sebagai media memulai debut sang calon maestro ini, hehehe... Keboo mulai mengirimkan satu per satu karya keboo ke redaksi Lintang Bali Post.

Berminggu-minggu keboo ikuti edisi demi edisi Lintang, berharap mahakarya keboo terpampang dengan indah di halaman khusus puisi pembaca. Namun tak satupun karya keboo muncul di halaman itu *ooowwhh…*. Gile! Emang sebegitujelekkah puisi buatan keboo?! Sakit hati, hikshiks.. jadi males lagi deh buat puisi. Weleh weleh…

Biar begitu, keboo masih suka baca karya-karya keren pemuisi, eh pesajak, eh? Apa ya sebutan buat maestro pembuat puisi? Keboo nggak tahu.. yah pokoknya beliau-beliau itu! Termasuk juga kakak-kakak pemuisi blogger. Hehe.. maju terus kawan!! Teruskan cita-cita keboo yang tertunda itu!! *Eh?!*

ini ada award dari piet cantik, bagus banget!! makasi ya piet, ayo berkarya! go go power ranger!