merinding disko

Keboo rasa hampir semua sekolah memiliki cerita seramnya sendiri-sendiri. Ada yang ceritanya di toilet perempuan yang paling pojok sering ada suara perempuan menangis, suara dentingan piano di ruang musik waktu malam hari, jumlah anak tangga yang tiba-tiba berubah(ngutip dari komik “hai miiko!”). Hyiiiii... keboo jadi merinding disko. Merinding yang mau keboo ceritain sekarang pun cukup bikin disko.

Ceritanya SMA keboo dulu sering terhembus gosip menyeramkan, mulai dari kelas yang merupakan perempatan jalan dunia lain. Sosok perempuanlah. Inilah, itulah... yah semua yang bisa bikin keboo merasa parno sama sekolah sendiri. Dan karena keboo termasuk salah satu dari mereka yang kurang sensitif sama yang begituan tapi juga penakut setengah hidup, keboo hanya percaya cerita itu nyata dan kemudian mencoba melupakan setelah mendengarkannya, walopun nggak bisa lupa sepenuhnya.Dan suatu hari yang kelam gelap gulita. Secara tidak sengaja keboo mengalami pengalaman yangmanis asem asin rame rasanya.

Pukul 5 pagi, keboo, beberapa adik kelas, dan beberapa guru berkumpul di sekolah, karena pagi itu kami akan berangkat ke Yogyakarta dengan pesawat keberangkatan pertama. Setelah sembahyang di padmasana, kami, murid-murid yang akan berangkat- berniat menghaturkan canang juga di beberapa titik yang memang biasanya dilalui jika bersembahyang.

Tibalah kami di titik terakhir, sebuah pura kecil di pojok belakang sekolah. (Tabik pakulun agung). Pura itu hanya bisa dimasuki 3 orang, jadi kami masuk dan menghaturkan canang secara bergantian. Tiga orang pertama tengah sembahyang di pura itu, dan kami yang mengantri berusaha memecah keheningan gelap pagi itu dengan bercanda ria.

Kami tertawa dan saling menggoda dengan cukup heboh. Dan tiba-tiba di tengah candaan kami, terdengar suara seperti sebuah tepukan tangan. Sangat keras. Dan kira-kira berasal dari sebuah ruang kelas yang memang terkenal menyeramkan. Keboo dan satu orang lainnya terkejut dan berhenti bicara. Tapi beberapa orang lainnya tetap tertawa-tawa.

”plok”

Tepukan itu kembali terdengar.

Semua sadar ada sesuatu yang terjadi. Kami juga tahu kalau semua ruangan kelas kosong, gelap, dan tidak ada seorangpun yang mungkin menggoda kami dengan tepukan tangan itu. Tapi kami masih berusaha menutupi perasaan takut dengan kembali bercanda. Dan semakin kami bercanda, jarak antara tepukan satu ke tepukan berikutnya semakin pendek.

Yang ada dalam pikiran keboo waktu itu adalah berbagai adegan mengerikan di film-film horor Indonesia. Takut tiba-tiba ada sesuatu berkelebat menghampiri kami. Takut bila kami nggak bernyawa lagi. Takut aja deh...
Kami: Terdiam. Pucat, Keringet dingin. Saling memandang. Bulu kuduk berdiri. Idung kembang kempis. Ketek bau asem, dan tanpa babibu langsung mengucap Gayatri mantram berulang-ulang.

Frekuensi tepukan pun berkurang, lalu hilang sama sekali. Setelah itu kami berebut meletakkan canang dan dupa di pura, mengayab dan langsung lari ke depan sekolah tempat guru-guru berkumpul.

Sampai sekarang kalo keboo inget kejadian 6 tahun lalu itu,keboo masih merinding disko, ajep-ajep ajep-ajep. Nggak lagi-lagi deh ribut nggak karuan kaya dulu...